Yogyakarta Catat 18 Kasus Leptospirosis, 5 Meninggal

Yogyakarta, E Channel.co.id – Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mencatat sejak Januari sampai akhir Juni sudah ada 18 kasus Leptospirosis dengan 5 kasus meninggal dunia. Sedangkan Hantavirus ada 1 kasus. Kasus meninggal akibat Leptospirosis ditengarahi karena korban terlambat mengakses layanan kesehatan. 

Oleh karena itu Pemerintah Kota Yogyakarta Juni lalu telah mengeluarkan surat edaran kepada masyarakat untuk mewaspadai dan mencegah Leptospirosis dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), demikian dikutip dari laman Portal Berita Pemerintah Kota Yogyakarta.

Leptospirosis dapat menular melalui kencing tikus yang terinfeksi bakteri Leptospira. Sedangkan Hantavirus ditularkan melalui kontak dengan kotoran, urin, air liur tikus yang terinfeksi Orthohantavirus.

Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Yogyakarta, Lana Unwanah menegaskan, melalui SE kewaspadaan Leptospirosis, Pemkot Yogyakarta mengimbau kepada seluruh pihak terkait untuk meningkatkan upaya deteksi, pencegahan dan pengendalian Leptospirosis dan Hantavirus di wilayah Kota Yogyakarta.

Langkah-langkah yang harus dilakukan  antara lain dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mengedukasi masyarakat agar berperan aktif dalam mencegah Leptospirosis dan Hantavirus dengan menerapkan PHBS. Selain itu memberikan edukasi terkait tanda-tanda klinis Leptospirosis dan segera periksa ke puskesmas atau fasilitas kesehatan tingkat pertama.

BACA JUGA:  Polres Magelang Kota Hadirkan Pelayanan Lengkap, HUT Bhayangkara ke-79

Dia menjelaskan, gejala-gejala tubuh yang terinfeksi Leptospirosis berupa demam, nyeri kepala, nyeri otot, khususnya di daerah betis, paha, mata kuning, merah dan iritasi serta diare. Sedangkan gejala awal Hantavirus antara lain demam tinggi mencapai 39 derajat celsius, terkadang disertai  bintik perdarahan pada wajah, sakit kepala, nyeri pada bola mata, rasa lelah, nyeri otot, sesak nafas dan detak jantung cepat. 

“Jika mengalami gejala-gejala tersebut kami harap masyarakat segera memeriksakan diri ke puskesmas atau fasilitas kesehatan tingkat pertama,” ujar Lana.

Pihaknya juga telah meminta puskesmas dan rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam deteksi dini dan respon terhadap Leptospirosis dan Hantavirus dengan mengoptimalkan fasilitas penunjang, misalnya Rapid Diagnostic Test (RDT).

Martin Budi Laksono

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *