JOGJA – Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) baru-baru ini menggelar acara bertajuk Sinau Bareng yang menghadirkan Kiai Kanjeng. Acara ini bertujuan untuk menggugah kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kedaulatan pangan di Indonesia.
Dengan tema Daulat Pangan untuk Kemanusiaan, acara tersebut berlangsung pada Kamis malam lalu di Sportorium UMY. Acara ini juga mengandung pesan khusus yang ditujukan kepada Presiden Prabowo Subianto terkait kebijakan ketahanan pangan di tanah air.
Acara yang dihadiri oleh ribuan peserta ini, tidak hanya diikuti oleh mahasiswa UMY, tetapi juga masyarakat umum yang sangat antusias.
Kegiatan yang digelar secara kolaboratif ini dikemas dengan nuansa yang berbeda, yaitu dengan menyisipkan pertunjukan kesenian musik dan pembacaan puisi yang menyentil pemerintah. Hal ini bertujuan untuk memberikan penyampaian pesan yang lebih menyentuh dan menggugah semangat peserta.
Sinau Bareng yang dipandu oleh Sabrang Mowo Damar Pinuluh, putra budayawan Cak Nun, sekaligus pengampu Kiai Kanjeng, membahas masalah ketahanan pangan yang semakin kompleks di Indonesia.
Dalam diskusi tersebut, Sabrang Mowo menyinggung pentingnya menjaga ketahanan pangan nasional dan memberikan pesan kepada Presiden Prabowo Subianto agar berhati-hati dalam memilih mitra kerja.
Menurutnya, kebijakan pemerintah harus berjalan sesuai dengan cita-cita bangsa dan mengutamakan kepentingan rakyat, khususnya dalam hal ketahanan pangan.
Tak hanya itu, acara ini juga mengundang Rektor UMY, Achmad Nurmandi, yang memberikan pandangannya mengenai pentingnya sektor ketahanan pangan.
Menurutnya, ketahanan pangan sangat berkaitan dengan berbagai sektor krusial lainnya, seperti ekonomi, politik, dan logistik.
Pembangunan yang berkelanjutan dalam ketahanan pangan akan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat secara luas.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Busyro Muqoddas, juga menyampaikan pandangannya dalam acara ini. Ia menekankan bahwa ketahanan pangan memiliki hubungan erat dengan berbagai aspek kehidupan, seperti ekonomi, politik, dan distribusi sumber daya.
Oleh karena itu, ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama memperkuat ketahanan pangan nasional guna memastikan bahwa tidak ada lagi masyarakat yang kelaparan.
Acara ini berhasil menciptakan kesadaran kolektif di kalangan peserta mengenai betapa pentingnya kedaulatan pangan untuk kemanusiaan.
Dengan melibatkan berbagai kalangan, termasuk mahasiswa, budayawan, serta tokoh-tokoh masyarakat, Sinau Bareng diharapkan dapat menjadi momentum untuk mendorong kebijakan yang lebih berpihak pada ketahanan pangan dan kesejahteraan rakyat.***
Joko Pramono