Magelang, KabarTerkiniNews.co.id – Lebih dua dekade konsisten melestarikan tradisi di kasawan Candi Borobudur, perhelatan Ruwat Rawat Borobudur (RRB) oleh Komunitas Barayat Panangkaran Borobudur Kabupaten Magelang di usulkan masuk dalam daftar Warisan Budaya Tak benda ke Unesco.
Kabar tersebut disampaikan Tokoh Brayat Panangkaran Sucoro Setrodiharjo Sabtu (27/9).
“Kabar gembira itu hasil kerja tim selama ini, 23 tahun lebih menggelar RRB,” kata budayawan berusia 74 tahun tersebut.
Menurut Sucoro, kegiatan RRB diusulkan menjadi warisan budaya tak benda ke Unesco itu bermula dari tulisan artikel hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang tayang di salah satu jurnal internasional.
Saat ini, lanjut Sucoro kabar tersebut baru mau masuk ke proses pembahasan dan berharap usulan diterima Unesco.
“Ini (kabar) masih ditataran kita sendiri, suatu kebanggan karena tulisan itu direspon oleh Jurnal international,” jelas Sucoro.
Sementarar itu, Peneliti BRIN Novita Siswayanti, menceritakan usulan ke Unesco itu bermula tahun 2023 melakukan riset dan meneliti tentang nilai spiritualitas yang diusung oleh Ruwat Rawat Borobudur dalam menjaga identitas Nasional.
Penelitian mandiri yang disetujui oleh BRIN itu berlangsung tiga tahun lewat observasi partisipan di 12 acara ritual RRB oleh Brayat Panangkaran. Melakukan wawancara 12 narasumber kunci lengkap dengan dokumentasi visual mulai dari Sedekah Bumi, diskusi budaya dan diskusi situs cagar budaya, hingga pertunjukan Karmawibangga.
Kemudian, lanjut Novita, pada 30 Oktober 2024 artikel hasil riset selama tiga tahun bertajuk Revitalisasi Candi Borobudur: Mengeksplorasi Dimensi Budaya dan Spiritual Melalui Ruwat Rawat untuk Identitas Nasional tersebut dikirim ke sejumlah jurnal internasional.
Selang satu tahun, tepatnya pada 25 September 2025 Jurnal Heritage And Sosiety yang merupakan jurnal terbaik di dunia dengan reputasi tinggi menerbitkannya secara online.
“Disitu kita merekomendasikan RRB bisa menjadi bagian dari penghargaan Heritage tak benda seperti tradisi Grebeg lempeng yang ada di Sumberarum Tempuran,” tutur Novita.
Novita menambahkan, RRB diusulkan ke Unesco karena kegiatannya menopang ekosistem spiritual Candi Borobudur di tengah globalisasi pariwisata. Dalam kurun waktu 23 tahun, kegiatan RRB juga mengedepankan Bhinneka Tunggal Ika meski kadang minim donasi dari sejumlah sumber.
Nurul Abadi







