Gunung Rinjani, Antara Pesona Pendakian dan Jalur Letter “E” yang Mematikan

NTT, E Channel.co.id – Gunung Rinjani yang berada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Timur belakangan ini menjadi berita dunia menyusul musibah yang dialami pendaki asal Brasil Juliana Marins (27), yang tewas saat mendaki puncak gunung tersebut, dan terjatuh ke dalam jurang kawah Segara Anak.
Karena pesona yang dimiliki, Gunung Rinjani merupakan tujuan wisata yang populer tidak hanya bagi kalangan pelancong lokal Indonesia, tapi juga mancanegara, terutama pelancong yang gemar mendaki gunung.


Dengan ketinggian 3.726 mdpl, Rinjani dinobatkan sebagai gunung tertinggi kedua di Indonesia dan memiliki medan yang menantang serta bervariasi, karenanya Rinjani menjadi salah satu gunung yang paling diburu para pendaki.


Gunung ini menawarkan daya tarik keindahan alam yang luar biasa dan beragam. Puncak Dewi Anjani, kawah Segara Anak dengan danau birunya, serta pemandangan matahari terbit dan terbenam yang memukau. Selain itu, hutan tropis yang lebat, air terjun yang indah seperti Sendang Gile dan Tiu Kelep, serta pemandian air panas alami di sekitar Danau Segara Anak, menambah pesona Rinjani.
Berikut beberapa spot wisata dan pendakian Gunung Rinjani:
Puncak Dewi Anjani
Puncak gunung ini menawarkan pemandangan spektakuler, termasuk lautan awan, hutan hijau, dan Danau Segara Anak.

BACA JUGA:  Pemkot Pekalongan Kirim Bantuan Personel untuk Bencana Longsor di Petungkriyono

Danau Segara Anak
Danau kawah yang indah ini memiliki air berwarna biru seperti laut dan dikelilingi oleh pemandangan yang menenangkan.

Hutan Tropis
Gunung Rinjani memiliki hutan hujan tropis yang kaya akan flora dan fauna, termasuk bunga edelweiss, lutung, dan kijang.

Air Terjun
Beberapa air terjun yang indah dapat ditemukan di sekitar Rinjani, seperti Sendang Gile, Tiu Kelep, dan Mangku Sakti, menawarkan pemandangan yang menakjubkan.
Pemandangan Matahari Terbit dan Terbenam
Pemandangan matahari terbit dan terbenam dari Rinjani sering dianggap sebagai salah satu yang terindah di Indonesia.


Global Geopark
Gunung Rinjani adalah salah satu dari tiga Global Geopark UNESCO di Indonesia, yang menunjukkan nilai pentingnya secara global.


Aktivitas Pendakian
Pendakian Gunung Rinjani menawarkan pengalaman menantang dengan pemandangan yang memukau, dan jalur pendakian populer adalah Sembalun dan Senaru.


Waktu terbaik untuk mendaki Gunung Rinjani adalah antara bulan April hingga Desember. Periode ini dianggap ideal karena cuaca cenderung cerah dan aman untuk pendakian, meskipun bulan April dan Desember bisa jadi musim peralihan dengan potensi hujan lebih sering. Taman Nasional Gunung Rinjani biasanya ditutup pada bulan Januari hingga Maret karena musim hujan dan risiko longsor.

BACA JUGA:  Polres Karanganyar Amankan Pelaku Peredaran Narkoba


Potensi Bahaya Pendakian Rinjani
Fakultas Kehutan Institut Pertanian Bogor (IPB) pernah melakukan penelitian tentang Bahaya pendakian di Gunung Rinjani pada pada 2017 dan 2018 lalu. Potensi bahaya tersebut meliputi potensi bahaya fisik dan potensi bahaya biologi, serta potensi bahaya aktivitas manusia.
Berdasarkan hasil penelitian, potensi bahaya fisik yang ada di jalur pendakian Sembalun-Senaru, meliputi bahaya jurang, jalur licin/terjal, suhu rendah, kabut, longsor, aktivitas vulkanik, dan kebakaran.


Sementara potensi bahaya biologi meliputi, bahaya akar pohon, monyet ekor panjang, tawon, dahan melintang, babi hutan, dan jelateng.
Sedangkan potensi bahaya aktivitas manusia antara lain, berlari saat pendakian turun, membawa beban berlebihan, berenang/berendam di Danau Segara Anak, dan Aik Kalaq ketika badan lelah.
Selain itu, bahaya akan muncul jika pendaki tidak menggunakan perlengkapan pendakian yang memadai, memancing di Danau Segara Anak, pencurian atau gangguan sesama pendaki atau dengan masyarakat yang kurang bertanggung jawab.


Jalur Leter E
Salah satu bahaya besar dalam pendakian ke puncak Gunung RInjani adalah jalur pendakian yang disebut Jalur Letter “E”. Seorang pendaki senior, Canro Simarmata yang memposting pendapatnya di Instagram, menyebut Jalur ini sebagai jalur berpasir yang menyiksa dan menyimpan risiko paling fatal.

BACA JUGA:  Rusak Parahnya Bangunan SDN Depok, Begini Klarifikasi Lengkap Kepala Disdikbud Pekalongan


Jalur ini dinamakan demikian karena bentuknya menyerupai huruf “E” jika dilihat dari atas. Sisi kiri dan kanan jalur ini merupakan jurang terbuka, dalam dan menganga, yang siap menelan siapa saja yang lengah. Salah satu kesalahan fatal yang sering terjadi adalah ketika pendaki turun dari puncak dalam kondisi kelelahan dan mengantuk.
Iapun memberi saran cara pendakian yang aman, Pertama, istirahat yang cukup sebelum dan sesudah summit attack. Jangan memaksakan diri naik ke puncak jika kondisi tubuh tidak fit. Kedua, hindari turun dengan tergesa-gesa. Ketiga, gunakan trekking pole, karena tongkat bisa membantu menjaga keseimbangan di jalur sempit dan berpasir. Keempat, fokus dan tetap waspada, terutama saat matahari mulai terik atau tubuh mulai lelah. Kelima, jangan sungkan untuk saling mengingatkan antar pendaki.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *