BOYOLALI – Lonjakan harga kedelai impor membuat para produsen tempe di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, harus memutar otak agar tetap bisa bertahan.
Salah satu produsen tempe di Kecamatan Banyudono, Subandi, mengaku kesulitan menyesuaikan biaya produksi karena harga kedelai yang digunakan sebagai bahan baku utama terus naik.
Sementara itu, ia tidak bisa menaikkan harga jual tempe karena dikhawatirkan akan mengurangi daya beli konsumen. Sebagai solusi, Subandi terpaksa mengecilkan ukuran tempe dari panjang 30 cm menjadi 28 cm per potong agar tetap mendapatkan keuntungan.
Setiap harinya, Subandi membutuhkan sedikitnya empat kuintal kedelai untuk memenuhi permintaan pasar. Sebelumnya, harga kedelai per kuintal berkisar Rp800.000, namun dalam satu bulan terakhir meningkat menjadi Rp980.000.
Selain menghadapi naiknya harga bahan baku, para produsen juga mengalami pembatasan pasokan dari distributor.
Jika biasanya Subandi bisa membeli hingga 10 ton kedelai setiap 15 hari, kini hanya dibatasi menjadi 5 ton.
Produsen tempe dan tahu di Boyolali pun berharap agar harga kedelai bisa segera kembali stabil demi kelangsungan usaha mereka.
Kenaikan harga bahan baku ini diduga dipengaruhi oleh kondisi pasar global, termasuk kebijakan ekspor dari negara asal kedelai seperti Amerika Serikat.***
Ahza Argani