Lomba Kebersihan Tingkat Kota Kupang, Masuk Tahap Penilaian di Tiap Kelurahan

Kupang, E Channel.co.id- Kesadaran warga Kelurahan Penfui dalam menjaga kebersihan lingkungan mulai terlihat seiring dengan penilaian lomba kebersihan antar-kelurahan Kota Kupang yang dimulai pada Senin (14/7/2025).

Meski dengan keterbatasan fasilitas, warga berupaya menunjukkan komitmen untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat..

Lomba ini bertujuan untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat menjaga lingkungan, meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah, dan menggali kreativitas warga dalam menciptakan kawasan yang nyaman dan asri.

Ketua tim penilai, Prof. Dr. I. Gusti Made Ngurah Budiana, S.Si., M.Si., yang juga Kepala Pusat Studi Lingkungan LP2M Universitas Nusa Cendana (Undana), menjelaskan bahwa lomba diikuti oleh 51 kelurahan se-Kota Kupang. Penilaian dilakukan menyeluruh, meliputi kinerja kantor kelurahan hingga inovasi masyarakat dalam mengelola sampah.

“Setiap kelurahan kami nilai dari kantor lurahnya, bagaimana program pengolahan sampah dijalankan, hingga kreativitas lurah dan masyarakat dalam menjaga kebersihan,” jelas Prof. Budiana kepada media ini.

Untuk memastikan hasil yang adil dan representatif, tim mengambil sampel 4–6 RT di tiap kelurahan, bergantung pada jumlah RT di wilayah tersebut.

BACA JUGA:  "Tiga Hakim Diduga Terima Suap Rp60 Miliar, Ditahan di Rutan Salemba"

“Kami memperhatikan kondisi lingkungan, pola hidup masyarakat, inovasi warga, dan apakah sudah ada pemilahan sampah di tingkat rumah tangga,” tambahnya.

Prof. Budiana berharap lomba ini dapat menjadi pemicu warga untuk membangun kebiasaan baru dalam menjaga kebersihan dan mengelola sampah secara lebih bertanggung jawab.

“Lomba ini bukan sekadar kompetisi, tetapi ajakan untuk bersama-sama menciptakan kota yang bersih, sehat, dan berkelanjutan,” harapnya.

Warga Penfui sudah mulai merasakan dampak dari sosialisasi pengelolaan sampah yang dilakukan pemerintah kelurahan.

Dara Sia Bennu, warga RT 08/RW 04, menceritakan bahwa sebelumnya sampah plastik biasanya dibakar sendiri, namun kini mulai dikumpulkan dan ditimbang untuk disetor ke bank sampah melalui RW.

“Sampah plastik sekarang dikumpulkan, ditimbang di rumah RW, lalu dijual ke bank sampah. Sampah lain kami buang ke penampungan umum jam enam sore. Kerja bakti juga rutin dua kali sebulan,” ungkapnya.

Namun, ia berharap pemerintah kelurahan melengkapi fasilitas warga, seperti penyediaan tempat sampah rumah tangga, perlengkapan kerja bakti, hingga pelatihan pengolahan daun kering menjadi pupuk.

BACA JUGA:  Irdam IV/Diponegoro Tinjau Lokasi TMMD ke-124 Kodim 0703/Cilacap, Tekankan Semangat Pengabdian dan Gotong Royong

Warga lain, Dominikus Tjoeonfin bersama istrinya Anastasia Naif RT 30/RW 13 Naisipanaf juga menyoroti keterbatasan fasilitas.

“Masih banyak yang membakar sampah sendiri karena titik kumpul belum jelas. Kadang kalau sibuk, sampah dibuang begitu saja ke jurang,” ujarnya.

Penilaian ini melibatkan tim lintas disiplin yang terdiri dari akademisi, praktisi, dan jurnalis, yakni Prof. Dr. I. Gusti Made Ngurah Budiana, (Kepala Pusat Studi Lingkungan LP2M Undana), Dr. Eufrasia Reneilda Arianti Lengur, (Dosen Universitas Katolik Widya Mandira Kupang), Dion DB Putra (Pemimpin Redaksi Pos Kupang) dan Fredyanto Hawai.

Rudy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *