JOGJA – Gerakan Pemuda Ansor memberikan anugerah ‘Penghormatan Martabat Kemanusiaan’ kepada mendiang Paus Fransiskus. Anugerah tersebut diberikan oleh Ketum GP Ansor H. Addin Jauharudin kepada Rm. Fadjar Tedjo Soekarno Pr – pegiat Dokumen Abu Dhabi dari Keuskupan Malang.
Pemberian anugerah itu dilakukan dalam acara pelantikan Pengurus Pimpinan Wilayah GP Ansor Daerah Istimewa Yogyakarta (Inaugurasi Ansor Istimewa) di Universitas Nahdlatul Ulama (UNU),Yogyakarta, Sabtu (26/04/2025).
“Addin Jauharudin dan Rm Fadjar adalah sahabat yang bertemu karena Paus Fransiskus. Mereka bertemu karena merupakan satu rombongan saat organisasi pemuda lintas iman beraudiensi dengan Paus Fransiskus di Vatikan pada 21 Agustus 2024,” ujar AM Putut Prabantoro – Pendiri dan Penasehat Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI), yang hadir dalam penghomatan tersebut.
Pemberian anugerah ini menjadi bagian unik dari rangkaian acara Inaugurasi Ansor Istimewa yang juga menggelar APEL Jaga Ketahanan Pangan bersama Banser-TNI-POLRI, penanaman pohon, prosesi pelantikan, penandatanganan kerja sama dengan berbagai mitra, hingga penganugerahan Ansor Lifetime Achievement.
Dalam sambutannya, Addin Jauharudin mengatakan bahwa penghormatan ini adalah bentuk cinta kasih GP Ansor kepada Paus Fransiskus, yang dikenang bukan hanya sebagai pemimpin agama Katolik, tetapi juga sebagai jembatan perdamaian dunia.
“Ini adalah bentuk kecil cinta kasih Ansor untuk Bapak Paus Fransiskus. Beliau bukan hanya soal kepemimpinan agama, tapi simbol perdamaian dunia,” ujar Addin.
Addin menyinggung berbagai inisiatif Paus Fransiskus dalam mendorong gencatan senjata dan penghentian agresi, terutama di wilayah konflik seperti Palestina. Ia juga mengingatkan tentang momen bersejarah saat Paus Fransiskus mengunjungi Indonesia dan melewati “terowongan cinta” yang menghubungkan Gereja Katedral Jakarta dengan Masjid Istiqlal, sebagai simbol kuat persaudaraan lintas agama.
Addin mengungkapkan, sebelum kunjungan Paus ke Indonesia, ia bersama tokoh pemuda lintas agama pernah beraudiensi dengan Paus Fransiskus di Vatikan. Dalam pertemuan tersebut, Paus Fransiskus secara khusus menandatangani dokumen untuk Ansor, yang berisi pesan agar Ansor terus menjadi lokomotif perdamaian, tidak hanya di Indonesia, melainkan juga untuk dunia.
“Pemikiran dan perjuangan beliau tak boleh berhenti meski beliau wafat. Harus dilanjutkan oleh anak-anak bangsa lintas iman untuk terus menjadi jembatan perdamaian,” tegas Addin.
Sementara itu, Rm. Fadjar Tedjo Soekarno yang menerima anugerah tersebut atas nama mendiang Paus Fransiskus, mengaku terkejut sekaligus terharu. Ia mengatakan, kehadirannya semula hanya untuk menghormati acara pelantikan, namun tidak menyangka akan ada momen spesial ini.
“Sebenarnya hari ini adalah misa arwah Paus. Tetapi demi kemanusiaan, saya datang ke sini. Dan di luar dugaan, ada penghargaan untuk beliau. Ini sangat mengharukan,”ujar Rm. Fadjar.
Rm. Fadjar mengenang keterlibatannya bersama GP Ansor dalam mendukung Dokumen Abu Dhabi— sebuah deklarasi yang mengedepankan nilai kemanusiaan, bukan hanya keagamaan. Ia menegaskan bahwa penghormatan ini merupakan pengakuan atas upaya konsisten GP Ansor dalam memperjuangkan kemanusiaan dan perdamaian lintas agama.
“Satu kata yang saya tangkap dari sambutan Gus Addin: Ansor harus peduli. Kata ‘peduli’ ini adalah jembatan besar bagi kemanusiaan,”tutur Rm. Fadjar, dengan suara bergetar.
Kehadiran AM Putut Prabantoro, Pendiri dan Penasihat Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI), semakin menguatkan makna peristiwa ini.
Menurut Putut, persahabatan antara Addin dan Rm. Fadjar berawal dari pertemuan mereka di Vatikan dalam audiensi dengan Paus Fransiskus pada 21 Agustus 2024 lalu, dalam rombongan tokoh pemuda lintas iman.
Momen penghormatan kepada Paus Fransiskus di acara Ansor ini tak hanya menjadi simbol penghargaan terhadap sosok pemimpin dunia yang humanis dan sederhana, tetapi juga meneguhkan komitmen GP Ansor untuk terus merawat nilai-nilai perdamaian, persaudaraan, dan kemanusiaan di tengah tantangan zaman.***
Herdudi Lestari