Yogyakarta, E Channel.co.id – Permasalahan sampah yang saat ini menjadi masalah utama di Kota Yogyakarta ternyata mendorong warga untuk kreatif memikirkan solusi. Salah satunya adalah apa yang dilakukan oleh warga Giwangan, Kemantren Umbulharjo Kota Yogyakarta ini. Siapa sangka sampah plastic yang dari awalnya menjadi sumber masalah kemudian bisa disulap menjadi aneka ragam produk yang sangat bermanfaat sekaligus indah seperti meja, kursi, hingga kerajinan unik yang bisa dijual dengan nilai tinggi. Semua ini ada dan dilakukan Jogja Life Cycle berkolaborasi dengan Forum Bank Sampah (FBS ) Giwang Bersih Kelurahan Giwangan dan Rumah Zakat Cabang Yogyakarta.

Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo yang hadir sekaligus melakukan peresmian tempat pengolahan sampah plastic ini mengapresiasi inovasi dan langkah nyata daur ulang sampah plastik, sejalan dengan apa yang menjadi isu strategis Pemkot dalam mengatasi sampah dengan cara yang lebih produktif.
“Kreativitas seperti ini harus didukung dan saya sangat apresiasi, tinggal ke depannya yang harus dipikirkan bersama adalah bagaimana supaya bahan baku sampah plastik ini bisa kontinu dan murah, setelah itu cara pemasarannya agar hasilnya produktif,” ujarnya pada Selasa (15/7/2025) dalam Peluncuran Program Daur Ulang Sampah Plastik (Jogja Life Cycle).
Peluncuran Program Daur Ulang Sampah Plastik (Jogja Life Cycle).
Hasto menyatakan saat ini Pemkot tengah berupaya mengoptimalkan pemilahan sampah, untuk menekan volume sampah di hilir serta meningkatkan serapan sampah anorganik bernilai ekonomi. Ada beberapa titik pemilahan sampah dengan mempekerjakan 10 orang sebagai tenaga pemilah.
“Sampah kita itu belum semuanya terpilah, inilah yang sedang dikerjakan, agar inovasi seperti Jogja Life Cycle bisa berkelanjutan karena bahan bakunya bisa terpenuhi. Nanti makin banyak juga oftaker sampah yang dapat manfaatnya, bisa dapat penghasilan dari situ,” terangnya.
Selain itu yang harus dipikirkan, lanjut Hasto, adalah pemarasan, agar produk daur ulang sampah plastik bisa lebih banyak dikonsumsi publik dan menghasilkan profit. Sehingga tempat produksi daur ulang sampah dapat menjadi revenue center.
Papan dan kursi berbahan tutup botol plastik yang diproduksi Jogja Life Cycle.
“Memberikan nilai pada produk, misalnya nanti bikin tasbih dengan value dibuat dari orang-orang dhuafa para penggerobak sampah. Selain itu papan dari daur ulang plastik ini, mungkin nanti bisa digunakan sebagai salah satu material bedah rumah yang kami lakukan tiap seminggu sekali,” imbuhnya.
Sementara itu Pendiri Jogja Life Cycle, Ilham Zulfa Pradipta mengatakan dirinya mulai mendaur ulang sampah plastik sejak tahun 2022 melalui riset dan berbagai percobaan, kemudian di tahun 2023 resmi memproduksi berbagai produk daur ulang sampah plastik mulai dari papan, coaster, medali, plakat, tasbih, gelang dan kerajinan lainnya.
“Bahan baku mentah yaitu botol plastik dari 13 bank sampah di Kelurahan Giwangan, kadang masih kurang ya karena kebutuhan bahan baku 35-50 kilogram per hari, sementara bank sampah baru bisa memasok 65 kilogram per bulan, jadi kami ambil bahan baku yang sudah dicacah dari luar kota,” katanya.
Kerajinan daur ulang sampah plastik dari Jogja Life Cycle.
Untuk itu, jelas Ilham, pihaknya sedang mengupayakan bersama bank sampah Kelurahan Giwangan untuk menggerakkan warga sekitar agar bisa mencacah botol plastik, supaya dampak ekonomi bisa lebih dirasakan.
“Jenis plastik yang kami gunakan saat ini HDPE dan LDPE, seperti tutup botol galon atau minuman, kemudian jenis plastik kode nomor 2 dan 4 biasanya botol oli, kosmetik, dan sekarang sedang kami coba plastik PP atau kode nomor 5 seperti gelas plastik,” jelasnya.
Ilham menyatakan sejauh ini pemasaran produk di sekitar wilayah DIY serta Jabodetabek. Dengan mengandalkan pemasaran melalui pasar daring dan media sosial. Bahkan belum lama ini menerima pesanan dari konsumen di Jakarta sebanyak 400 keping coaster atau tatakan gelas, 250 medali dan 50 plakat.
“Untuk pesanan naik terus, harganya bersaing ya karena mulai bahan baku, perisapan, proses produksi dilakukan satu per satu dengan sumber daya manusia, jadi nilainya tinggi. Harga coaster Rp 25 ribu, gelang Rp 30 ribu, tasbih 35 ribu, kursi Rp 250 ribu, kemudian papan dengan panjang 1 meter dan lebar 40 centimeter dengan ketebalan 1 centimeter Rp 250 ribu,” tambahnya.
Sementara itu Branch Manajer Rumah Zakat Yogyakart, Warnitis menegaskan ini sebagai salah satu komitmen Lembaga filantropi seperti Rumah Zakat juga peduli dengan kebersihan lingkungan. Karena kebersihan lingkungan akan menghasilkan kondusifitas kehidupan di masyarakat mejadi lebih baik dan berkualitas. Wanitis juga menyampaikan bahwa Rumah Zakat secara jelas keberpihakannya terhadap isu lingkungan ini sebagai bentuk pertanggungjawaban atas donasi para donator untuk kemanfaatan sebesar besarnya kepada masyarakat.
Dhani