PT Sritex Resmi Tutup per 1 Maret 2025, 10.665 Karyawan Terkena PHK

Dirut Sritex Ucapkan Terima Kasih kepada Karyawan atas Loyalitas dan Dedikasi di Tengah Kepailitan

Sukoharjo, eChannel.co.id – PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia, resmi menghentikan operasionalnya pada 1 Maret 2025. Penutupan ini berdampak besar, dengan sebanyak 10.665 karyawan harus mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).

Baca Juga: Sejarah Berdirinya PT Stitex

Keputusan ini diambil setelah perusahaan dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang pada 21 Oktober 2024 akibat gagal melunasi utang sebesar Rp29,8 triliun. Upaya kasasi yang diajukan oleh manajemen Sritex juga telah ditolak oleh Mahkamah Agung pada Desember 2024, sehingga keputusan pailit bersifat final dan mengikat.

Ribuan Karyawan Kehilangan Pekerjaan

Berdasarkan data yang dihimpun, jumlah karyawan yang terdampak PHK tersebar di beberapa lokasi, yaitu:

PT Sritex Sukoharjo: 8.504 karyawan

PT Primayuda Boyolali: 956 karyawan

PT Sinar Panja Jaya Semarang: 40 karyawan

PT Bitratex Semarang: 104 karyawan

Total keseluruhan karyawan yang terkena dampak mencapai 10.665 orang.

Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Kabupaten Sukoharjo, Sumarno, menjelaskan bahwa keputusan PHK telah ditetapkan pada 26 Februari 2025. “Karyawan masih bekerja hingga 28 Februari, dan mulai 1 Maret 2025, operasional perusahaan berhenti sepenuhnya,” ujar Sumarno.

BACA JUGA:  Berpotensi Menimbulkan Kemiskinan Baru, Rumah Subsidi Luas 18 meter Perlu Dikaji Ulang

Dampak Ekonomi dan Upaya Pemerintah

Penutupan Sritex tidak hanya berdampak pada ribuan pekerja, tetapi juga berpotensi mempengaruhi perekonomian daerah dan sektor industri tekstil nasional. Kabupaten Sukoharjo, yang selama ini menjadi pusat industri tekstil, harus menghadapi tantangan besar akibat hilangnya lapangan pekerjaan dalam jumlah besar.

Sebagai langkah mitigasi, pemerintah daerah telah menyiapkan sekitar 8.000 lowongan pekerjaan di berbagai perusahaan lain untuk menampung para karyawan yang terkena PHK. Selain itu, Gubernur Jawa Tengah juga berencana mengoptimalkan Balai Latihan Kerja (BLK) untuk memberikan pelatihan vokasi bagi para mantan karyawan Sritex agar dapat beradaptasi dengan kebutuhan industri lainnya.

Efek Domino di Industri Tekstil

Selain dampak bagi para pekerja, penutupan Sritex juga diprediksi memberikan efek domino terhadap rantai pasok industri tekstil nasional. Sritex yang sebelumnya dikenal sebagai pemasok utama tekstil dan produk garmen untuk pasar lokal dan ekspor, kini meninggalkan kekosongan yang perlu segera diisi oleh perusahaan lain agar industri tidak terganggu secara signifikan.

Dengan kondisi ini, banyak pihak berharap agar pemerintah dan pelaku industri dapat menemukan solusi terbaik guna meminimalisir dampak dari penutupan Sritex, baik terhadap tenaga kerja maupun sektor ekonomi secara keseluruhan.

BACA JUGA:  Giliran Produsen Minyak Goreng di Kudus Diperiksa Polisi, Begini Hasil Lengkapnya!!

Team Liputan | Sukoharjo Jawa Tengah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *