Solo, kabarterkininews.co.id, Sebelum zaman modern, umat Muslim menentukan waktu salat dengan melihat posisi matahari. Salah satu alat yang digunakan adalah jam matahari, yang masih bisa ditemukan di Masjid Agung Surakarta. Jam matahari ini, yang dikenal sebagai Jam Istiwa atau Bencet, merupakan peninggalan dari masa pemerintahan Pakubuwono VIII.

Letak dan Bentuk Jam Matahari
Jam matahari ini terletak di halaman Masjid Agung Surakarta, tepat di depan kantor takmir masjid. Bentuknya sederhana namun unik, terdiri dari tugu setinggi 150 cm dengan diameter 100 cm. Jam ini memiliki dua bagian utama, yaitu busur cekung dengan angka 1 hingga 12 dan besi tegak berwarna perak yang berfungsi sebagai penunjuk waktu.
Menurut Abdul Basid Adnan, Sekretaris Takmir Masjid Agung Surakarta, jam matahari ini digunakan untuk menentukan waktu salat Zuhur dan Asar sebelum adanya jam modern. Sistem kerjanya memanfaatkan bayangan matahari yang jatuh pada busur angka, sehingga bisa menunjukkan waktu secara akurat.

Daya Tarik Sejarah dan Kerusakan Salah Satu Jam
Keberadaan jam matahari ini menarik perhatian warga, termasuk Muhammad Aslam, seorang warga Solo yang tertarik dengan prinsip kerja alat ini. Meski demikian, saat ini hanya satu jam matahari yang masih tersisa, karena satu lainnya telah rusak dan hanya menyisakan dudukannya.
Meskipun sudah jarang digunakan, jam matahari tetap menjadi saksi sejarah dan bukti kecerdasan perhitungan waktu di masa lalu. Keunikan ini menjadikan Masjid Agung Surakarta sebagai salah satu destinasi wisata religi yang memiliki nilai sejarah tinggi.
Tyo | echannel TV | Surakarta