Jakarta, 8 April 2025 – Indonesia kembali mencatatkan surplus neraca perdagangan pada Februari 2025, memperpanjang rekor positif selama 58 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Dua sektor utama yang menjadi motor penggerak ekspor adalah industri agro dan manufaktur, yang terus menunjukkan performa impresif di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa surplus perdagangan pada Februari mencapai USD3,12 miliar, sementara secara kumulatif Januari–Februari 2025 telah terkumpul USD 6,61 miliar, naik signifikan dari periode yang sama tahun lalu.
“Ekspor kita tumbuh konsisten, Februari tercatat naik 9,16% year-on-year. Sektor pertanian dan manufaktur menjadi penyumbang terbesar,” ujar Menkeu saat paparan APBN Kita (19/3/2025).
Pertumbuhan Industri dan PMI Manufaktur Naik
Data terbaru juga menunjukkan pemulihan kuat dari sektor industri pengolahan. Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia naik ke zona ekspansif dan berada di posisi 53,6, tertinggi kedua di dunia setelah India.
Ini mencerminkan meningkatnya permintaan dan aktivitas produksi di dalam negeri.
Ekspor Nonmigas Mendominasi, AS dan India Jadi Mitra Dagang Terbesar
Menurut Menteri Perdagangan Budi Santoso, surplus Januari 2025 ditopang oleh ekspor nonmigas senilai USD4,88 miliar. Sementara itu, defisit sektor migas mencapai USD1,43 miliar. Negara mitra dagang penyumbang surplus terbesar antara lain:
- Amerika Serikat: USD1,58 miliar
- India: USD770 juta
- Filipina: USD730 juta
- Arab Saudi: USD600 juta
- Malaysia: USD440 juta
Ekspor produk unggulan seperti kapal dan struktur terapung (naik 4.732%), kakao olahan (169,53%), serta kopi, teh, dan rempah-rempah (125,44%) menunjukkan tren positif. Sektor industri masih mendominasi ekspor nonmigas (84%), disusul pertambangan (13,33%) dan pertanian (2,67%).
Lonjakan Ekspor ke Arab Saudi, Rusia, dan Thailand
Pasar ekspor nonmigas Indonesia semakin bervariasi. Ekspor ke Arab Saudi melonjak 299%, Rusia 194%, dan Thailand 80%. Tiongkok, AS, dan India tetap menjadi tujuan utama ekspor nasional, mencatat nilai gabungan sebesar USD8,14 miliar atau 39,89% dari total ekspor.
Industri Agro Tumbuh 5,20%, Kontribusi Signifikan ke PDB
Kementerian Perindustrian mencatat bahwa industri agro tumbuh sebesar 5,20% sepanjang 2024 dan menyumbang 8,89% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Sub-sektor unggulan seperti industri makanan dan minuman, serta kayu, kertas, dan furnitur, menjadi penopang pertumbuhan tersebut.
“Industri agro telah menyerap lebih dari 9,37 juta tenaga kerja dan berkontribusi besar pada kesejahteraan masyarakat,” kata Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita (28/3/2025).
Investasi di Industri Agro Tembus Rp206 Triliun
Daya tarik sektor agro tetap kuat, tercermin dari realisasi investasi yang mencapai Rp206,3 triliun pada 2024. Angka ini terdiri atas Rp126 triliun dari investor asing dan Rp80,4 triliun dari dalam negeri.
Ekspor produk agro juga meningkat dengan nilai mencapai USD67,08 miliar, dengan subsektor makanan dan minuman menyumbang USD41,4 miliar.
Meski menghadapi tantangan seperti fluktuasi harga bahan baku dan dampak perubahan iklim, pemerintah optimis sektor agro akan terus berkembang berkat dukungan kebijakan adaptif, inovasi teknologi, dan investasi berkelanjutan.
Kesimpulan: Stabilitas dan Ketahanan Ekonomi Terjaga
Tren surplus yang berkelanjutan menunjukkan daya saing ekonomi nasional yang semakin kuat. Pemerintah berkomitmen untuk terus menjaga stabilitas ekonomi sembari mendorong pertumbuhan industri dan ekspor, menjadikan sektor agro dan manufaktur sebagai pilar utama kebangkitan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global.
Redaksi eChannel.co.id | HW