Tradisi Berbuka Puasa dengan Bubur Sayur Krecek di Bantul, Keunikan yang Bertahan Sejak Abad XVI

BANTUL – Ramadhan merupakan waktu yang penuh berkah, di mana berbagai tradisi khas di Indonesia turut menyemarakkan momen berbuka puasa. Salah satu tradisi unik yang telah ada sejak abad ke-16 di Bantul, Yogyakarta, adalah berbuka puasa dengan bubur sayur krecek.

Tradisi ini bukan hanya sekadar menyajikan makanan, tetapi juga memiliki makna yang mendalam dalam syiar agama Islam.

Lebih dari Sekadar Hidangan Buka Puasa

Di serambi belakang Masjid Sabilurrosyad, Kauman, Pandak, Bantul, tradisi ini masih dipertahankan.

Di sebuah tungku, seorang kakek dengan sabar mengaduk adonan bubur sayur yang sudah disiapkan. Proses pembuatan bubur ini memerlukan waktu sekitar dua jam, hingga akhirnya siap disajikan dengan cita rasa khas yang memikat.

Di sekitar masjid, ibu-ibu dan remaja tampak sibuk mempersiapkan lauk-pauk yang menyertai bubur ini. Di antaranya ada sayur krecek yang terbuat dari campuran tempe, tahu, serta tambahan mie lethek atau bihun goreng yang menggugah selera.

Tabuhan Kentongan dan Bedug

Ketika suara kentongan dan bedug terdengar, itulah tanda adzan Maghrib mulai dikumandangkan.

BACA JUGA:  Aiptu Ahmad Syaifudin, Polisi Inspiratif Membina Generasi Muda Lewat Pencak Silat.

Seketika, warga Kauman, Wijirejo, Pandak, Bantul yang telah berkumpul di teras masjid, segera menyantap bubur sayur krecek dengan lahap.

Sebuah piring bubur putih yang lembut menjadi hidangan yang selalu dinantikan setelah seharian berpuasa.

Bubur sayur ini bukan hanya dinikmati oleh orang dewasa, tetapi juga anak-anak dan remaja. Mereka menikmati hidangan khas ini bersama segelas teh manis, menciptakan kebersamaan yang hangat di antara warga.

Sarana Dakwah yang Membumi

Tidak hanya lezat, bubur sayur krecek ini juga memiliki makna yang dalam. Tekstur lembutnya melambangkan kebaikan dan kelembutan, yang bertujuan agar masyarakat mudah memahami ajaran Islam pada masa itu.

Tradisi ini dianggap sebagai sarana dakwah yang efektif, mengingat bubur yang berbentuk nasi putih lembek ini dapat diterima oleh berbagai kalangan, baik muda maupun tua.

Warisannya yang Bertahan Lama

Tradisi berbuka puasa dengan bubur sayur krecek ini telah ada selama ratusan tahun, sejak abad ke-16, beriringan dengan berdirinya Masjid Sabilurrosyad.

Masjid ini didirikan oleh Panembahan Bodo, seorang tokoh ulama Islam dan murid Sunan Kalijaga. Setiap hari, masjid ini menyediakan 100 hingga 150 porsi bubur, dan pada hari Jumat, jumlahnya meningkat hingga mencapai 500 porsi, dengan 10 kilogram lebih beras digunakan untuk menyajikan hidangan ini.

BACA JUGA:  Ratusan Warga Antre Bubur Samin Gratis di Masjid Darussalam Solo Selama Ramadan

Keunikan

Tradisi berbuka puasa di Bantul ini tidak hanya sekadar tentang makanan, tetapi juga tentang penghubung antara generasi, sejarah, dan dakwah.

Bubur sayur krecek ini menjadi simbol kebersamaan dan makna mendalam bagi masyarakat yang terus menjaga kelestarian tradisi ini hingga kini.***

Joko Pramono

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *