Unik! Begini Prosesi Tradisi Lebaran Sapi di Lereng Merapi

Oplus_131072

BOYOLALI – Lebaran ternyata tidak hanya dirayakan oleh manusia. Di lereng Gunung Merapi, Boyolali, Jawa Tengah, hewan ternak seperti sapi dan kambing juga ikut merayakan momen spesial ini.

Tradisi unik yang disebut Lebaran Sapi ini dilakukan dengan cara mengarak hewan ternak keliling kampung sambil diberi kalung dari ketupat.

Masyarakat yang tinggal di lereng timur Gunung Merapi, tepatnya di Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, telah melestarikan tradisi ini secara turun-temurun.

Mereka menyebutnya sebagai Bakdan Sapi, yang merupakan bentuk ungkapan syukur atas berkah alam dan rezeki dari hasil beternak.

Pagi hari saat perayaan, warga berkumpul di jalan desa dengan membawa makanan, terutama ketupat. Acara diawali dengan doa bersama, lalu dilanjutkan dengan makan bersama atau yang dikenal dengan istilah kenduri kembul bujono.

Setelah kenduri selesai, para peternak membawa keluar sapi dan kambing mereka dari kandang. Hewan-hewan tersebut kemudian dikalungi ketupat sebagai simbol penghormatan atas jasa mereka yang telah menjadi sumber mata pencaharian utama masyarakat setempat.

BACA JUGA:  Bejat, Warga Subah Batang Tega Perkosa Anak Kandungnya Sendiri

Sapi-sapi yang sudah dikalungi ketupat kemudian diarak bersama-sama di jalan desa. Arak-arakan ini bukan hanya menjadi bentuk penghormatan kepada hewan ternak, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi antarwarga dan sesama pemilik ternak.

Video : Ahza Argani | Edit : HW

“Sapi itu bukan hanya sekadar hewan peliharaan, tapi sudah seperti bagian dari kehidupan kami. Mereka memberi penghasilan dan menghidupi kami setiap hari,” ujar salah satu peternak, Anto.

Sebagai puncak acara, ratusan sapi dikumpulkan dan diarak di jalan utama desa. Sebelum arak-arakan dimulai, Bupati Boyolali, Agus Irawan, memercikkan air kembang dan memberi minyak wangi ke kepala sapi sebagai bentuk penghormatan.

Barisan arak-arakan ini diawali dengan gunungan berisi hasil bumi seperti sayuran, diiringi pertunjukan seni tradisional seperti tarian Reog Topeng Ireng yang berasal dari kawasan Merapi.

Salah satu tokoh masyarakat, Jaman, menjelaskan bahwa momen ini diyakini sebagai waktu di mana sapi-sapi bisa “bersilaturahmi.”

Secara filosofis, para leluhur ingin mengajarkan bahwa sapi harus diperlakukan layaknya keluarga yang perlu dihormati dan dijaga. Dari hasil beternak sapi inilah, warga bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

BACA JUGA:  Gubernur Ahmad Luthfi Resmikan Layanan PET Scan Pertama di Jawa Tengah, Masyarakat Tidak Perlu Ke Singapura.

“Dengan diarak seperti ini, sapi bisa bertemu dengan sapi lainnya. Itu bisa menimbulkan birahi, cepat bunting, dan menghasilkan anakan,” tambah Jaman.

Gunungan hasil bumi yang dibawa dalam arak-arakan kemudian menjadi rebutan warga. Sebagian dari hasil gunungan tersebut diberikan sebagai pakan sapi. Tradisi seperti ini dipercaya dapat mendatangkan berkah.

Hewan ternak yang mengikuti tradisi Lebaran Sapi ini dipercaya akan tumbuh lebih sehat dan produktif.

Sapi perah akan menghasilkan susu lebih banyak, sapi pedaging akan memiliki bobot optimal, dan sapi indukan akan lebih sering melahirkan anak.***

Ahza Argani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *