Jakarta, 10 April 2025 — Produser film independen Indonesia, Yulia Evina Bhara, mencatatkan sejarah baru dalam perfilman nasional dengan terpilihnya sebagai anggota juri resmi Critics’ Week (Semaine de la Critique) di ajang Festival Film Cannes 2025, salah satu forum paling bergengsi di dunia sinema internasional.
Pengangkatan Yulia sebagai juri dalam seleksi film-film karya talenta baru dunia ini mendapat apresiasi tinggi dari Kementerian Ekonomi Kreatif. Menteri Ekonomi Kreatif (Menekraf) Teuku Riefky Harsya menyampaikan bahwa kepercayaan yang diberikan kepada Yulia Evina Bhara merupakan bukti nyata kualitas insan perfilman Indonesia yang semakin diakui secara global.
“Keterlibatan Yulia bukan hanya membanggakan, tetapi juga memperlihatkan bahwa sineas Indonesia mampu bersaing dan berkontribusi dalam peta sinema dunia. Ini sebuah pencapaian besar,” ujar Menekraf Riefky.
Yulia dikenal melalui karya-karya film independen yang kuat secara artistik sekaligus menyuarakan isu sosial. Film Tiger Stripes (2023) yang diproduserinya, memenangkan Grand Prix di Critics’ Week Cannes, menjadikannya tokoh penting dalam menghubungkan sinema Asia Tenggara dengan kancah global.
Tak hanya itu, Yulia juga menjadi co-producer film “Renoir” bersama Amerta Kusuma dan KawanKawan Media. Film ini disutradarai oleh Chie Hayakawa dan diproduksi oleh Loaded Films Ltd. Karya ini akan bersaing di kompetisi utama Festival Film Cannes 2025, semakin memperkuat reputasi Yulia sebagai figur sentral dalam kolaborasi sinema lintas negara.
Critics’ Week merupakan salah satu bagian resmi Festival Cannes yang secara khusus menghadirkan karya dari para sutradara debutan. Kehadiran Yulia sebagai juri menunjukkan kepercayaan komunitas sinema internasional terhadap perspektif dan integritasnya sebagai produser film.
Menekraf juga menyampaikan bahwa keterlibatan pelaku kreatif nasional seperti Yulia Evina Bhara di forum global merupakan bagian dari strategi besar pemerintah dalam memperkuat posisi ekonomi kreatif Indonesia. Dengan target menciptakan 27 juta lapangan kerja di sektor kreatif, keterlibatan di forum internasional menjadi bukti kesiapan SDM kreatif Indonesia menjawab tantangan global.
“Kami mendorong terus kolaborasi kreatif lintas negara, memberikan akses pasar internasional, dan memperkuat kebijakan yang berpihak pada pelaku industri kreatif,” tambah Menekraf Riefky.
Kementerian Ekonomi Kreatif melalui pendekatan hexahelix juga terus mendorong perkembangan 17 subsektor ekraf, termasuk perfilman, dalam mendukung visi misi Prabowo-Gibran, khususnya Asta Cita nomor 3: meningkatkan lapangan kerja berkualitas, mendorong kewirausahaan, dan mengembangkan industri kreatif.
Redaksi Echannel.co.id